YAYASAN PENDIDIKAN CHARITAS HOME  
 

COME HOME

Allah tidak mendengarkan doa-doa orang malas. (St. Sixtus)




 

PARADIGMA

Rick Warrant menulis lima paradigma yang menghambat pertumbuhan seseorang. Lima paradigma itu adalah (1) kebencian dan kemarahan. Mereka memandang segala sesuatu, atau sesamanya bahkan dirinya sendiri dengan kemarahan. Tentu paradigma ini berasal dari kepahitan hidup, dan mereka mempertahankan kepahitan hidup itu. Mereka bukannya melepaskan penderitaan melalui pengampunan sebaliknya mengulanginya berkali-kali dalam pikiran mereka. Sebagian orang yang didorong oleh kebencian atau kemarahan akan bungkam dan menyimpan sendiri kemarahan mereka, sementara sebagian yang lain bersikap “amat marah!” dan meletuskannya kepada orang lain. Kebencian lebih melukai anda sendiri daripada orang yang anda benci. “Hanyalah orang bodoh yang mau mati karena sakit hatinya!” (2) Rasa takut. Ketakutan mereka mungkin disebabkan oleh pengalaman traumatis atau harapan yang tidak masuk akal. Tanpa penyebab yang jelas orang-orang ini didorong rasa takut dan sering kehilangan kesempatan-kesempatan yang besar karena takut menanggung resiko. Mereka mencari rasa aman dengan menghindari resiko. Ketakutan adalah penjara yang dibangun sendiri yang akan menghalangi anda untuk menjadi seperti yang Allah inginkan. (3) Materialisme. Keinginan untuk memiliki menjadi sasaran utama kehidupan mereka. Dorongan untuk selalu ingin lebih banyak ini didasarkan pada paradigma yang mengatakan memiliki lebih banyak akan membuat orang lebih bahagia, lebih penting dan aman. Hal itu hanya akan memberi rasa senang sementara karena akhirnya akan menjadi bosan dengannya dan selanjutnya menginginkan yang lebih baru dan lebih baik. (4) Kebutuhan akan pengakuan. Mereka membiarkan harapan orang lain (teman, pemimpin, umat, orang tua, orang tertentu) mengendalikan hidupnya. Orang ini mempunyai paradigma “saya akan bahagia kalau saya menyenangkan orang lain!”. Disini terletak kunci kegagalan! Salah satu kunci menuju kegagalan adalah berusaha menyenangkan semua orang. Dikendalikan oleh pendapat orang lain adalah cara yang pasti untuk kehilangan tujuan-tujuan Allah bagi kehidupan anda. “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan!” (5). Rasa bersalah. Rasa bersalah bisa menjadi penghambat tujuan hidup seseorang. Orang ini dimanipulasi oleh ingatan-ingatan yang memalukan; dia menghukum dirinya sendiri dan membiarkan masa lalunya mengendalikan masa depannya. Secara tidak sadar orang ini merusakkan keberhasilannya sendiri. Ia memiliki paradigma "saya telah gagal!" Ketika Kain berdosa rasa bersalahnya memisahkan diri dari hadirat Allah. Allah berfirman: "Engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi!" Kain adalah gambaran seorang yang "menjalani dengan para para digma negatif, ia tidak memiliki karena dikuasai oleh rasa bersalah" Sesuatu dalam diri saya, sikap dan visi saya terhadap realitas – menentukan semua tindakan dan reaksi saya, baik emosional maupun perilaku. Sesuatu dalam diri saya itu sedang menulis kisah hidup saya, membuatnya susah dan sedih atau gembira dan penuh kedamaian.
Sesuatu dalam diri saya itu pada akhirnya akan membuat perjalanan hidup saya berhasil atau gagal. Kalau lima paradigma di atas menguasai hidup saya maka “sebetulnya saya tidak memiliki tujuan hidup!” – saya dikuasai oleh hal-hal yang negatif.

Bagaimana berubah?
Kelima hal di atas tentu melumpuhkan respon-respon kita terhadap tawaran nilai yang lebih luhur. Hasilnya ialah KETIDAKNYAMANAN. Secara fisik: mudah tegang, sakit kepala, sakit kulit, mual di perut dan mudah pilek, dsb. Emosi: mudah tersinggung, cemas, rendah diri, was-was, merasa bersalah, tertekan, jengkel, mudah marah, frustrasi, dsb. Perilaku: membatasi diri, mudah menghakimi, tidak jujur, wajah tak nyaman, dsb.
Untuk mengubah paradigma, janganlah melarikan diri dari ketidaknyamanan kita, tetapi menyelami dan menelitinya. Ketidaknyamanan adalah isyarat, signal, guru yang mengajarkan pelajaran yang berharga kepada kita. Cara kita menyelami ketidaknyamanan untuk menemukan sumber dari kesulitan biasanya dengan menenyakan: ada apa dalam diri saya? Saya harus berefleksi: bagaimana saya memandang diri sendiri, orang lain dan keadaan ini? Jawaban yang jujur terhadap pertanyaan-pertanyaan itu akan menjelaskan pertanyaan tersebut.
Marilah kita berhenti dan hening sejenak untuk menemukan paradigma diri: bagaimana pada umumnya saya memandang diriku sendiri, orang lain dan keadaan ini? Apakah kelima paradigma negatif diatas ada dalam hidup saya? Mana yang paling dominan, apa akarnya?

Retret Guru dan Karyawan Yayasan Pendidikan Charitas
Rumah Retret Giri Nugraha
Jl.Kol.H.Burlian Km.7 Palembang.
Telp. 0711 410 729 ; Fax. 0711 421 877
Oleh :
Romo Haryoto SCJ
Romo Wahyu Tri Haryadi SCJ

Cetak Artikel PARADIGMA
29 Aug 2007 post by daryono
Kembali ....
0 komentar

Komentar

Name:
E-mail: (optional)
Smile: nari smile wink wassat tongue laughing sad angry crying 


Enter this code / Masukkan kode berikut
Security Image

 








 
© SD Charitas Jakarta disign by Daryono