YAYASAN PENDIDIKAN CHARITAS HOME  
 

COME HOME

Sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.




 

SELIDIKILAH AKU, YA ALLAH

Seringkali saya memiliki keyakinan:
1.Aku tak mampu membuat diriku bahagia. Yang membuatku bahagia adalah orang lain dan macam-macam yang bisa saya nikmati.
2.Perasaan orang lain lebih penting daripada perasaanku sendiri. Aku bertanggungjawab atas perasaan orang lain. Mengurusi diriku sendiri dan membuat aku bahagia berarti aku egois karena aku mementingkan diriku sendiri di atas kepentingan orang lain.

Keyakinan di atas membuatku bertopeng agar aku diterima dan dihormati. Sering membuatku mudah kecewa, marah dan tersinggung karena saya tidak dihargai, tidak diperhatikan dan bahkan jerih payahku pun tidak diperhitungkan. Atau lebih baik aku menarik diri dari pergaulan daripada “banyak teman banyak dosa”. Saya merasa bahkan sebagian besar orang gampang menghormati orang kaya dan berkedudukan dan begitu enteng merendahkan orang miskin dan tidak punya kedudukan. Inikah kehidupan yang benar?
Dalam (Matius 6:25-34) Yesus mengajak kita untuk melihat diri bukan dari apa yang kita miliki, atau kerjakan atau orang lain katakan tetapi dari tiga hal, yaitu 1. Allah sebagai sumber, 2. Allah tidak hanya sumber tetapi sumber yang senantiasa hadir untukku, memperhatikan aku dan mencintai aku. 3.Tuhan mengarahkan hatiku pertama-tama mencari Kerajaan Allah.
Semua yang mencemaskan, menakutkan, atau apa yang kita buat dan kita miliki tidak akan menambah sesuatu dalam diri kita. Yang mampu mengubah diri kita adalah Allah yang hadir dalam diri kita. Maka dalam doa meditasi, fokusnya adalah “menyadari dan menikmati kehadiran Allah dalam pure consciousness. Kita menyadari betapa indahnya kita sebagai ciptaan yang bersumber dari KasihNya, senantiasa kreatif. Fokuskan kerinduanmu: "Saya dapat berbuat apa saja dalam Dia!"
Dia sebagai sumber yang senantiasa ada, hadir, memelihara dan membawa kita kepada “kekinian dan keabadian sekaligus!” Kita berpartisipasi di dalamnya. “pikiranku bukan pikiran Allah; rancanganku bukan rancangan Allah. Pikiran Allah jauh lebih luas, tak terjangkau dan pasti lebih baik daripada rancanganku!” Maka dalam meditasi kita memasuki kekinian dan keabadian Allah itu.
“Carilah Kerajaan Allah lebih dahulu maka semua yang lain akan ditambahkan kepadamu!” Allah rindu untuk memberikan kepada kita apa saja, bukan hanya hal materi, tubuh tetapi juga RohNya, tetapi Ia meminta kita agar kita memiliki kebebasan. Ia tidak mau ada kekuatan lain dalam diri kita. Ia akan terus menerus masuk dalam hidup kita dan bertindak di dalamnya, memelihara kita dan memperkaya terus menerus agar kita semakin memiliki kekuatan dan daya ilahi.
Tatkala kita berfokus pada Allah kita menjadi “kaya raya” dalam segala hal dan tidak ada alasan untuk takut, khawatir atau kekurangan, sehingga kita terus menerus juga mampu memberi karena sumbernya adalah Allah.
Bila fokusku adalah Allah yang Kudus dan Jati Diriku maka saya akan mempunyai keyakinan:
1. Aku dapat memilih jawaban yang tepat dalam masing-masing situasi. Pilihan-pilihanku sendirilah yang membuat aku bahagia atau celaka bukan pilihan-pilihan orang lain.
2. Perasaan-perasaan orang lain adalah akibat pilihan mereka sendiri. Aku tidak bertanggungjawab atas pilihan mereka.
3. Derita dan sakit adalah guruku. Derita tak mesti merusak. Melalui derita aku dapat menjadi makin kuat.
4. Aku dapat menentukan hanya perasaanku, keyakinanku dan perlakuanku sendiri, bukan perasaan, keyakinan dan perilaku orang lain.
5. Aku bertanggungjawab bila aku mengurusi hidupku sendiri dan membuat aku bahagia. Aku bersikap egois hanya jika aku berharap orang lain akan mengesampinhgkan kebutuhannya untuk memenuhi kebutuhanku.
6. Kebenaran adalah cinta kasih. Kalau aku menyetujui begitu saja, aku memperkuat ketergantungan orang itu pada persetujuanku. Mengatakan kebenaran tentang diriku (tanpa menagdili) dengan kasih kepada diri dan sesama berarti aku memebri kesempatan untuk berkembang baik kepada diriku maupun kepada sesamaku.
Enam keyakinan dari Jati Diri itu sungguh membebaskan kita untuk berkembang sesuai dengan citra Allah dalam diri kita sendiri serta menurut bakat kemampuan dan karunia kita masing-masing. Keyakinan itu juga memampukan kita untuk senantiasa memilih yang benar. Sebab “Apa yang telah kalian tabur, itulah yang akan kalian tuai!”– ada istilah lain “menebar angin menuai badai!” Kalau kita ingin menciptakan kebahagiaan kita harus belajar untuk menyemai benih-benih kebahagiaan. Maka kita perlu membuat pilihan dengan sadar dan penuh pertimbangan.
Setiap “saat” yang kita hadapi mengandung pilihan yang tak terbatas – di sana ada aneka alternatif yang bisa kita pilih. Sebagian besar pilihan yang kita miliki adalah dipilih secara tidak sadar; sebagian kecil pilahan itu kita sadari dan kita pertimbangkan. Senang atau tidak senang segala sesuatu yang terjadi saat ini adalah buah dari pilihan-pilihan masa lalu. Sayang banyak pilihan yang terjadi begitu saja tanpa kita sadari sehingga seolah-olah itu bukan pilihanku. Dengan kata lain kita ini “the infinite choice-maker” - pengambil keputusan yang tak terbatas tetapi seringkali terikat oleh budaya, kondisi dan kebiasaan masa lalu sehingga menjadi “pribadi yang predictable” – pribadi yang terbelenggu oleh cara tertentu, sempit dan dapat ditebak.
Agar apa yang kita pilih – putuskan menghasilkan buah kesucian – kebahagian, setiap kali membuat keputusan harus bertanya: (1) Apa konsekwensi pilihan yang saya buat ini? (2) apakah pilihan yang saya buat ini membawa kesucian dan kebahagiaan bagiku dan sesama di sekitarku? Bila jawabannya positif “yes” membawa saya pada kesucian maka segeralah menjalankan putusan itu. Tetapi bila jawabannya negatif (“tidak”), maka jangan membuat keputusan itu. Bila keputusan benar maka akan membentuk kepribadian yang benar pula sehingga secara spontan akan menuntun orang itu untuk senantiasa memilih sesuatu yang menciptakan kesucian dan kebahagiaan.
Baca dan resapi (Mazmur :139).

Retret Guru dan Karyawan Yayasan Pendidikan Charitas
Rumah Retret Giri Nugraha
Jl.Kol.H.Burlian Km.7 Palembang.
Telp. 0711 410 729 ; Fax. 0711 421 877
Oleh :
Romo Haryoto SCJ
Romo Wahyu Tri Haryadi SCJ

Cetak Artikel SELIDIKILAH AKU, YA ALLAH
29 Aug 2007 post by daryono
Kembali ....
0 komentar

Komentar

Name:
E-mail: (optional)
Smile: nari smile wink wassat tongue laughing sad angry crying 


Enter this code / Masukkan kode berikut
Security Image

 








 
© SD Charitas Jakarta disign by Daryono