YAYASAN PENDIDIKAN CHARITAS HOME  
 

COME HOME

Iri hati dan dengki merupakan dosa dan sekaligus akar yang menumbuhkan dosa-dosa lain.




 

MEMBANGUN KOMUNITAS KERJA

Keempat orang itu berada dalam realita yang satu dan sama, yaitu hutan. Mereka mempunyai sikap dan cara pandang yang berbeda-beda. Mereka juga mempunyai kepentingan yang tidak sama. Bila mereka mengikuti kemauannya sendiri tentu akan terjadi perkelaian dan saling membunuh atau paling tidak saling merendahkan dan mengejek. Apa yang kiranya bisa mempersatukan mereka walaupun mereka mempunyai kepentingan yang berbeda?

Hal yang sama terjadi dalam dunia pendidikan. Di sana ada Yayasan yang menyelenggarakan sekolah. Tentu yayasan mempunyai kepentingannya sendiri mengapa mendirikan sekolah. Ada juga orangtua dan murid. Tentu mereka mempunyai kepentingan yang berbeda dengan Yayasan. Ada pula guru dan karyawan. Mereka juga mempunyai kepentingan tersendiri yang berbeda dengan Pemerintah yang turut hadir di dalamnya. Apa yang bisa mempersatukan kepentingan mereka yang berbeda itu?

Etika Kerja

Dalam bahasa Inggris etiquette artinya a good manner atau sopan santun dalam hidup bersama atau bermasyarakat. Etika kerja adalah sopan santun dalam bekerja. Di dalamnya terkandung, hak dan kewajiban serta martabat manusia. Inilah tali pengikat dalam hidup bersama, atau sering disebut “mesin manusia” – kalau mesin itu rusak maka terjadilah benturan kepentingan. Kapan dikatakan “mesin itu rusak?”
Pertama: bila terjadi penyimpangan dari jalan yang benar, terjadi kolusi, korupsi dan ketidak adilan. Kedua: bila terjadi ketidak dewasaan atau kekacauan pribadi para pelaku sehingga tidak mampu berdialog dan kerjasama dengan orang lain. Ketiga bila tujuan tidak disadari bersama; visi dan misi bersama tidak dimengerti atau tidak dipegang – without vision the people perish .- tanpa visi terjadilah kekacauan masa. Oleh karena profesionalisme kerja harus akan terjadi dalam kerangka etika kerja.

Nilai Kerja

 Sebuah komunitas kerja akan tercipta harmonis bila keluhuran manusia tetap dihormati. Manusia adalah makluk kerja. Kerja itu cirikhas manusia waras. Binatang tidak bisa bekerja hanya bisa dipekerjakan. Demikian juga dengan mesin, komputer atau robot. Orang gilapun tidak bisa bekerja. Bekerja adalah sebuah pilihan dan putusan manusia waras yang berdasarkan kebebasannya. Oleh karena itu bekerja itu melekat pada eksistensi manusia sehat yang hendak mengungkapkan nilai-nilai luhur sebagai manusia.

Nilai Pribadi

Setiap orang membutuhkan kesempatan untuk merealisasikan jati dirinya – membuktikan bahwa dirinya ada, mempunyai kemampuan dan berguna bagi orang lain. Kebutuhan hakiki itu terpenuhi dalam bekerja. Pekerjaan menjadi medan dan sarana perwujudan diri sebagai subyek yang bebas, kreatif dan tanggungjawab. Maka untuk bisa bekerja membutuhkan kemampuan untuk memilih dan memutuskan bukan insting. Penggur tidak memiliki kesempatan itu.
Di sisi lain mencopet, mencuri, merampas, nggrandong tidak diaku sebagai pekerjaan. Bahkan disebut tercela dan dibenci oleh masyarakat. Sementara para guru, dokter, perawat diakui sebagai profesi yang luhur. Mengapa? Nampaknya perkejaan tidak bisa dipisahkan dari martabat manusia yang luhur, yang memiliki tugas untuk saling menolong dan membantu. Maka pekerjaan yang bertentangan dengan nilai kasih tidak diterima oleh masyarakat.
Oleh karena itu komunitas kerja akan tercipta bila masing/masing pelaku kerja menyadari bahwa “bekerja bukanlah tempelan dari luar atau hanya sekedar mencari uang” tetapi sesuatu yang melekat pada keberadaanku sebagai manusia. Melalaikan mutu kerja berarti menodai kualitas dirinya. Standardnya bukan lagi senang atau tidak senang, atau besar kecilnya gaji tetapi apakah pekerjaan itu semakin memanusiawikan diriku dan sesama atau tidak. Dalam hal ini prinsip keadilan harus menjadi hukum minimal.

Nilai Sosial

Setiap pekerjaan mempunyai nilai sosial. Tak seorangpun bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Demikian juga hasil kerjaku harus diberima dan dikonsumsi oleh masyarakat. Sebuah sekolah dikatakan bermutu tinggi kalau lulusan dari sekolah itu dapat diterima dengan mudah oleh jenjang yang lebih tinggi atau oleh masyarakat.

Nilai Iman

 Manusia adalah citra atau gambar Allah. Prinsip yang berlaku adalah the divine human partnership yaitu prinsip menghargai kebebasan manusia dan mengangkat manusia sebagai partner Allah dalam mengelola alam semesta ini. Oleh karena itu kata “profesionalisme” harus dilihat dari dua dimensi, ayitu deminsi keahlian dan dimensi keilahian. Profes artinya nazar, janji atau kaul kepada Allah bahwa menjadi guru adalah jalan kesucian hidupnya. Allah sampai saat ini masih bekerja. Dengan menggunakan akal, tangan, rasa dan hati kita bekerjasama dengan Allah yang menciptakan dan memelihara alam semesta ini. Menciptakan berarti menghadirkan keteraturan dari kekacauan (Chaos); menghadirkan daratan yang berarti welcome terhadap makluk lain yang semula hanya lautan; menghadirkan alat penerang untuk menghadirkan terang (bdk Kej 1-2).

Doa – kasih – salib

 Kerja menjadi lahan kesucian diri kalau diiringai dengan doa dan dilaksanakan dengan ketulusan hati, kasih serta menyadari tidak ada pekerjaan yang tidak membuat lelah, derita dan salib. Para guru dikatakan ambil bagian dalam karya Allah kalau memiliki relasi intim dengan Allah dalam berdoa, melaksanakannya dengan kasih dan mengalami rasa sakit dan korban. Baca Yoh 10:1-15.

Retret Guru dan Karyawan Yayasan Pendidikan Charitas
Rumah Retret Giri Nugraha
Jl.Kol.H.Burlian Km.7 Palembang.
Telp. 0711 410 729 ; Fax. 0711 421 877
Oleh :
Romo Haryoto SCJ
Romo Wahyu Tri Haryadi SCJ

Cetak Artikel MEMBANGUN KOMUNITAS KERJA
29 Aug 2007 post by daryono
Kembali ....
2 komentar

Komentar

Post by  Manuel @ 22 Dec 2014 11:39 am
I'm imeresspd you should think of something like that

Post by  sari @ 21 Apr 2012 05:40 am
artikelnya bagus banget,,,dapat menimbulkan semangat kerja dan menyadarkan akan adanya Allah yang selalu menyertai kita.... GBU....

Name:
E-mail: (optional)
Smile: nari smile wink wassat tongue laughing sad angry crying 


Enter this code / Masukkan kode berikut
Security Image

 








 
© SD Charitas Jakarta disign by Daryono