Apa pendapat St Yohanes Maria Vianney tentang dosa?
Dosa itu algojo bagi Allah yg baik dan pembunuh jiwa. Dosa merenggut kita dari surga dan menjerumuskan kita ke dalam neraka. Dan kita menyukainya. Betapa bodohnya! Andai kata kita merenungkan sungguh ttg dosa, pastilah kita ngeri karena dosa berarti kita berpaling dari Allah yang menghendaki kita bahagia dan menyerahkan diri kepada setan. Kita lari dari sahabat setia kita untuk mencari pembunuh kita. Berdosa berarti menjerumuskan diri ke dalam lumpur. Sekali terperosok ke dalamnya kita tidak tahu bagaimana dapat membebaskan diri. Jika mujur nasib kita, kita segera mendapat jalan keluar! Jika malang, jiwa kita direnggut oleh kebinasaan O, anak-anakku, betapa tak tahu berterima kasihnya kita! Allah yang baik menghendaki kita bahagia; itu sudah pasti. Ia memberikan kepada kita HukumNya terus menerus. Taurat Tuhan itu sempurna, peraturan Tuhan itu teguh. Raja Daud mengatakan bahwa ia menemukan kesukaan di dalamnya dan bahwa hukum Tuhan adalah pusaka yang baginya lebih berharga daripada segala kekayaan. Ia juga mengatakan bahwa ia berjalan dalam kebenaran sebab ia mentaati perintah-perintah Tuhan. Jadi Allah yang baik menghendaki agar kita bahagia, tetapi kita tidak menghendakinya. Kita datang mengaku dosa dengan pikiran yang disibukkan oleh rasa malu. Kita samar-samar saja mempersalahkan diri sendiri. Dikatakan bahwa banyak yang mengaku tetapi sedikit saja yang bertobat.. Aku percaya memang demikianlah adanya, sebab sedikit saja yang mengaku dosa dengan air mata tobat. Lihat, celakanya adalah bahwa manusia tidak memeriksa diri. "Apa yang kalian lakukan ketika berdosa? Kalian menyalibkan Kristus!" Kalian akan terperanjat sebab kalian pikir bahwa kalian tidak melakukannya. Anak-anakku, jika kita merenungkan dosa, kita tercekam karena ngeri, dan karena itu semestinya kita tidak mau melakukan yang jahat. Sebab apakah gerangan yang telah Allah yang baik lakukan kepada kita hingga kita hendak menyedihkanNya begitu rupa dan menyalibkan kembali Dia, yang telah menebus kita dari neraka? Alangkah baiknya jika semua pendosa, ketika hendak melakukan kesenangan-kesenangannya yang mengakibatkan dosa dapat seperti St Petrus, berjumpa dengan Kristus di tengah jalan. Ia akan mengatakan kepada mereka: “Aku akan pergi ke tempat ke mana engkau hendak pergi, Aku ke sana untuk disalibkan kembali!” Mungkin hal itu dapat membuat mereka memeriksa diri. Para kudus memahami dosa sebagai tindakan yang menghina Allah. Sebagian dari para kudus melewatkan hidupnya dengan menangisi dosa-dosa mereka. St Petrus menangisi dosanya sepanjang hidupnya; ia bahkan masih juga menangis di saat ajalnya. St Bernardus senantiasa mengatakan: “Tuhan!Tuhan! akulah yang memakukan Engkau pada kayu salib!”Dengan berdosa, kita menghina Allah kita yg baik, kita menyalibkan Allah kita yg baik.Betapa menyedihkan kehilangan jiwa-jiwa kita, yg untuknya Kristus telah begitu banyak menderita sengsara. “Alangkah malangnya!” demikian Allah yang baik berkata kepada kita di saat ajal; “mengapakah engkau menghina Aku – Aku yang amat sangat mengasihimu?” Menghina Allah yang baik, yang tak pernah melakukan apa pun kepada kita selain daripada yang baik; dan menyenangkan setan, yang tidak pernah melakukan apa pun kepada kita selain daripada yang jahat. Betapa bodohnya! Tidakkah sungguh bodoh memilih untuk menjadikan diri sendiri penghuni neraka dengan mengikat diri kepada setan sementara kita berkesempatan menikmati sukacita surga bahkan semasa hidup sekarang ini, dengan mempersatukan diri kita dengan Tuhan dalam cinta? Orang tidak memahami kebodohan ini; kebodohan yang tak akan pernah cukup diratapi. Para pendosa yang malang tampak seolah-olah tak sabar menanti hukuman yang akan menjerumuskan mereka ke dalam kumpulan iblis; mereka sendiri menjerumuskan diri mereka sendiri ke dalamnya. Dalam kehidupan sekarang ini ada semacam cicipan Surga, Neraka dan Api Pencucian. Api pencucian ada dalam jiwa-jiwa yang tidak mati bagi diri sendiri; Neraka ada dalam hati mereka yang tak mengenal Allah; Surga ada dalam hati mereka yang sempurna, yg bersatu erat dg Kristus. Yang hidup dalam dosa memiliki tingkah laku dan rupa binatang. Binatang, yang tak punya akal budi, tak tahu apa-apa selain nafsunya sendiri. Ia memanjakan dirinya dengan makanan dan minuman enak, menikmati kesia-siaan dunia! Aku sangat kasihan terhadap pendosa yang malang. Mereka mengejar angin kosong! Mereka mengorbankan begitu banyak demi keuntungan yang sangat sedikit. Mereka mengorbankan kekekalan mereka demi asap dunia yg menyedihkan. Anak-anakku, betapa menyedihkan! Ketika suatu jiwa berada dalam keadaan dosa, ia dapat mati dalam keadaan dosa; dan bahkan apapun yang dilakukannya tak ada artinya di hadapan Allah. Itulah sebabnya mengapa setan begitu senang ketika jiwa berada dalam dosa, setan tinggal gigih di dlmnya, sebab kini jiwa bekerja baginya dan jiwa itu sakit dan busuk. Kesenangan apa yang diperoleh dari dosa? Tidak ada sama sekali. Kita diganggu oleh mimpim-mimpi buruk! Dikuasai oleh kegelisahan. Pulihkan hubunganmu dengan Tuhan. Terimalah Sakramen Pengampunan Dosa, maka kalian akan tidur pulas seperti malaekat. Kalian akan senang terjaga di waktu malam untuk memanjatkan doa kepada Tuhan; kalian tidak akan memiliki apa-apa selain ucapan syukur di bibir, kalian akan terangkat ke surga dengan sarana yang mengagumkan bagai seekor elang membubung tinggi ke angkasa. Anak-anakku, betapa dosa merendahkan martabat manusia. Dari malaikat yang diciptakan untuk mencintai Tuhan, karena dosa menjadi iblis yang mengutuk Tuhan untuk selama-lamanya. Dosa juga membuat kita takut akan kematian. Dosalah yang menggetarkan para pendosa saat ajal menjelang! Sayang! O Tuhan! Ada cukup alasan untuk merasa getar. Dikutuk Tuhan! Mengapa? Apakah yang dilakukan orang hingga ia dikutuk oleh Tuhan? Karena hujat! Karena pikiran jahat! Karena sebotol anggur! Karean dua menit kesenangan! Karena dua menit kesenangan orang kehilangan Tuhan, kehilangan jiwanya, kehilangan surga selama-lamanya! Tak ada gunanya membuktikan keberadaan neraka., Kristus sendiri berkata tentangnya, ketika Ia menceritakan kisah tentang seorang kaya yang jahat yang berteriak: “Lazarus! Lazarus!” Kita tahu pasti bahwa neraka itu ada namun demikian kita hidup seolah-olah neraka itu tidak ada; kita menjual jiwa kita demi beberapa lembar uang. Kita menunda-nunda pertobatan kita hingga saat ajal menjelang. Tetapi siapakah yang dapat meyakinkan kita bahwa kita akan memiliki waktu atau kesempatan pada saat yang menentukan itu, yang ditakuti oleh semua para kudus ketika seluruh kekuatan neraka bersatu untuk menyerang kita terakhir kalinya tahu bahwa itulah saat penentuan? Banyak orang yang kehilangan iman dan tak pernah melihat neraka hingga mereka sendiri masuk ke dalamnya!
Retret Guru dan Karyawan Yayasan Pendidikan Charitas Rumah Retret Giri Nugraha Jl.Kol.H.Burlian Km.7 Palembang. Telp. 0711 410 729 ; Fax. 0711 421 877 Oleh : Romo Haryoto SCJ Romo Wahyu Tri Haryadi SCJ |